Monday, January 17, 2011

Tanah Lot



Perjalanan ke tanah Lot hanyalah wisata biasa tanpa bumbu drama. Hanya sekadar menyaksikan upacara tanpa ikut merasakannya. Meilihat ular suci tanpa menyucikannya. Menyaksikan pemandu wisata yang sibuk dengan tuannya. Menghormati para pendo’a yang menyembah pada Tuhannya.  Meneliti para brahmana yang terdiam dalam ramainya dan mengabadikan patung dewa yang acuh pada manusianya.
...


Saturday, January 8, 2011

Mencari Rinjani


Penyeberangan yang cukup lancar ketika melintasi garis Wallacea yang terasa dingin pagi itu (Juni 2010). Sekitar pukul dua dini hari, Ferry yang saya naiki di Padang Bai melaju dengan normal menerobos gelombang kecil di selat Lombok menuju pelabuhan lembar di Lombok. Sangat berbeda dengan perjalanan terakhir saya di selat ini dua tahun sebelumnya. Gelombang besar, yang katanya, kiriman dari perairan Australia mengombang-ambing ferry yang membuat pelayaran menjadi lebih lambat. Dari empat jam ketika normal, menjadi sekitar enam jam ketika badai.
    Melihat langsung kegagahan Rinjani (3.726 mdpl), gunung ketika tertinggi di Indonesia adalah salah satu tujuan perjalanan kali ini. Kami memulainya dengan mengarungi jalanan Lombok mulai dari Lembar menuju Mataram dan Cakra Negara di pagi yang sepi, ketika warga Lombok belum memulai aktivitasnya. Baru Masjid-masjid yang menunjukkan adanya kegiatan pagi itu. Masyarakat Lombok yang mayoritas penganut Islam memang terkenal cukup taat. Lombok pun terkenal dengan julukan pulau seribu masjid.
    Mentari pagi yang mulai muncul perlahan pun mengiringi perjalanan kami melintasi jalan raya Lombok Timur menuju Aikmel dan bebebelok ke arah utara di Pringgabaya. Di lintasan ini, Rinjani sudah mulai menunjukkan wujudnya di kejauhan. Diselimuti awan dan dipayungi langit biru yang cukup menawan mmembuat kami semakin tergoda untuk mendekatinya. Dari Pringgabaya, jalanan sudah mulai menanjak dan sedikit berlobang ketika memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Setelah sekitar satu jam perjalanan dengan Sepeda Motor sampailah kami di sebuah desa yang merupakan salah satu pintu masuk pendakian ke Rinjani, Sembalun namanya.
   Dari Sembalun, pencarian akan Rinjani pun usai. Duduk sejenak memandang kegagahan dan keindahannya di padang rumput yang luas ditemani sapi-sapi  berkaos kaki. Tidak sempat didaki, hanya sekadar dipandangi, mungkin suatu hari akan dijejaki..

...





Tuesday, January 4, 2011

Say Thanks to Stranger



Terisnpirasi melalui perbincangan tidak mendalam dengan seorng teman, Andi Perdana, tentang sebuah konsep bertema teman baru hari ini (TBHI), Saya pun mulai menguak foto-foto lama dan mencoba mengingat dan mengenang siapa-siapa yang terasa asing di berbagai tempat asing yang pernah saya lalui.   
   Kembali mengingat Bang Loki, pria berdarah Flores yang saya kenal di atas Ferry yang menyebrangi selat Alas beberapa bulan lalu. Loki, si penyelam ulang ini cukup ramah ketika berbagi informasi tentang Sumbawa. Bersama temannya Panji, warga asli Pringga Baya, Lombok Timur saya membicarakan banyak hal tentang Sumbawa. Mulai dari wisata, tambang emas, sampai isu-isu politik tentang Sumbawa pun kami bicarakan dengan akrab. Hal yang paiing saya ingat tentang Loki adalah keramahannya, rokok yang ditawarkannya, lumba-lumba yang ditunjukkannya, serta ajakan bakar-bakar ikan di tempatnya. “buat kita orang timur, persahabatan nomor satu,” kata Loki. 
  Setelah loki, saya mencoba mengingat lagi tentang Ipos, mahasiswa yang saya kenal di kereta ekonomi Kahuripan yang menuju Yogyakarta pada Agustus 2007. Laki-laki bertubuh mungil yang bersedia mengantarkan dan memperkenalkan Yogyakarta yang kala itu masih terasa asing buat saya. Mengingat lagi tentang Mul, atlet sepeda asal Karawang yang menghabiskan beberapa hari berpetualang bersama di Bali. Mengingat kang Herri yang mengulas dan mempraktekkan hal-hal mistis di Kahuripan. Meningat pendaki-pendaki asla Palembang yang berbagi kopi di Kandang Badak. Mengingat turis-turis asing yang sekadar berbagi ruang dalam foto.  
    Mengingat dan mengenang semua teman baru saya kala itu yang rela berbagi informasi, makanan, sampai servis motor gratis di dekat Baluran yang saya tinggalkan begitu saja dengan kata terima kasih.
 ...
Wartawan tanpa nama di Situbondo
Gadis latin di Tanah Lot
Mul di Kuta
anak kecil di Batu
Pembaca puisi di Malioboro
perempuan Perancis di Malioboro
Pendaki Palembang di Kandang Badak
Bule tanpa nama di Taman Sari
Ipos di Yogyakarta
Karo's clan di kahuripan
Gadis Jawa di Yogyakarta


 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys