November 2011 ~ TRAVELAVA

Seberang selat Alas

Memanfaatkan fasilitas Ferry untuk menyeberangi selat Alas dari Pelabuhan Kahyangan menuju Pato Tano di Sumbawa.Menghabiskan waktu sekitar dua jam bercengkrama dengan penumpang lain yang cukup bersahabat.(Juni 2010) .

Merah putih di matahari Cikasur

Berkibarnya merah putih di pagi dingin yang mulai dihangatkan oleh mentari Cikasur, Argopuro .

Titik kabut Situ Patengan

Titik-titik kabut mengiringi setiap penyeberangan di situ Patengan, Bandang pada senja di 2009.

Seni dan alam

Sendal itu seni dan alam kata coretan di Kandang Badak (2007) dan foto ini tidak diambil di sana, tapi di Karang Hawu, Sukabumi (2008) .

Welcome to Pato Tano

Panorama dari bukit tak bernama di Pato Tano, jalanan yang kosong membuat kami malas bergerak dan memilih berhenti sejenak di tataran Sumbawa pada Juli 2010 .

Satu sisi di Terawangan

menemukan sebuah saung sederhana yang cukup menarik dan menyejukkan ketika bersepeda mengelilingi Gili Terawangan. (Juni 2010).

Di kaki Rinjani

Berisitirahat sejenak di Sembalun, sebuah kota kecil dikaki gunung Rinjani, Lombok. Perjalanan kali ini merupakan rangkaian perjalanan selusur Bali, Lombok sampai Sumbawa (2010).

Tanjakan Setan, gunung Gede

Sebuah tanjakan tebing di jalur pendakian gunung Gede. Mendaki dinding batu yang cukup licin ini dipermudah dengan adanya tali. Berjarak satu jam perjalanan dari pos Kandang Badak.(7 Nopember 2010).

Road to Bungin

Inilah jalan yang dibangun oleh warga Bungin, suku pelaut asala Sulawesi yang telah menetap di pulau kecil ini. jalur tersebut menyambungkan Bungin dengan Sumbawa..

Map of Sumatera

Peta merupakan suatu yang bakal sangat berguna dalam sebuah petualangan mengarungi jalan-jalan berliku di Sumatera (September 2009).

Candi Bahal Sada

Merupakan salah satu candi di komplek Candi Portibi, konon merupakan peninggalan kerjaan Panai (Nopember 2009).

Wednesday, November 16, 2011

Ngayogyakarta dan Koleksi Sang Sultan

1:30 AM

Edmiraldo Siregar

No comments

"Jogjakarta termasjhur oleh karena djiwa kemerdekaannya," kata Soekarno pada sebuah masa di sembilan belas empat lapan. Kata-kata yang berasal dari secarik kertas yang tak luput dari tatapan saya ketika mengunjungi Keraton Ngayogyakarta pada suatu masa ketika puasa (2011). Kertas yang menjadi satu dari beragam koleksi museum keraton yang didominsi dengan perlengkapan pribadi Sang Sultan. Saat itu fokus saya tertuju pada Sultan Hamengkubowono IX, beliau adalah raja, jendral, penari, koki, dan juga juru foto yang menyatakan bahwa tahta untuk rakyat..

...