Wednesday, November 16, 2011

Ngayogyakarta dan Koleksi Sang Sultan

   "Jogjakarta termasjhur oleh karena djiwa kemerdekaannya," kata Soekarno pada sebuah masa di sembilan belas empat lapan. Kata-kata yang berasal dari secarik kertas yang tak luput dari tatapan saya ketika mengunjungi Keraton Ngayogyakarta pada suatu masa ketika puasa (2011). Kertas yang menjadi satu dari beragam koleksi museum keraton yang didominsi dengan perlengkapan pribadi Sang Sultan. Saat itu fokus saya tertuju pada Sultan Hamengkubowono IX, beliau adalah raja, jendral, penari, koki, dan juga juru foto yang menyatakan bahwa tahta untuk rakyat..
...

Sunday, October 23, 2011

Uluwatu, Kera dan Perkara


  Terlihat segerombolan pasukan kera yang mencari perkara. Bukan hanya dengan mereka sang penguasa, tapi juga dengan manusia-manusia biasa. Ada yang berteriak mencari mangsa, ada yang bersila pura-pura biasa, lalu ada beberapa yang tersangkut pidana. Seolah bersahaja ternyata berpura-pura, lalu meraba dan jadi perkara. Ada yang berdua, ada pula yang hampa tanpa asa, bertanya kenapa ada saja yang mengada-ada. Apa karena saya saja yang merasa, ada-ada saja...
...

Wednesday, September 21, 2011

Ke Makam Kalijogo



  Melihat makam Sang Sunan Kalijogo di Kadilangu, dekat kota Demak. Menyaksikan para pejiarah yang setia membacakan doa dari ayat-ayat suci yang tersedia dan juga para pemuja yang setia dengan lembaran-lembaran rupiah untuk sedekah. Sebuah tempat sakral yang terkadang mampu mengingatkan kita akan hal-hal di luar akal. Batu peninggalan yang dikikis untuk ajian atau sekadar pintu yang tak bisa terbuka sebelum waktunya tiba.  Seperti biasa, saya hanya berjalan dan memperhatikan, lalu mengabadikan. Berdoa sejenak lalu pulang, karena perjalanan memang masih panjang..
 ...

Monday, September 12, 2011

Sanur dan Matahari yang Telah Terbit


 Sanur itu buat matahari terbit katanya, tapi memang bangun pagi itu paling susah. Mungkin sudah belasan kali ke sanur dan tak sekalipun demi terbitnya matahari. Sekadar untuk menikmati sore yang indah di Denpasar yang gerah. Melihat turis-turis tua yang bersepeda ria. Atau hanya duduk-duduk di saung-saung yang tak buduk.
  Menyaksikan mereka yang berenang di kala pasang dan beberapa yang mengkais rumput laut di kala surut. Mencoba mencari rezki dari kuda laut yang menepi sebelum mati atau sekadar Menalii kapal-kapal yang tak beroperasi. Dan sayaaya hanya berjalan, lalu pulang lagi.
...
 

Monday, August 22, 2011

Demi Argopuro dan Manisnya Puncak Rengganis



  Bandung 786 Km adalah jarak yang tertera di stasiun Probolinggo yang sepi di sore itu (Juli 2011). Matahari yang mulai meredup dan teriakan-teriakan para pengayuh becak yang kami acuhkan mengiringi perjalan kami meninggalkan rel usang menuju Besuki yang masih membingungkan. Malam mengusir sore, namun kami mengundang mereka. Mereka yang katanya mencintai alam dan mau tak mau   mencintai kami yang cuma "ceritanya" pecinta alam.
  Mereka yang kemudian menaikkan kami ke truk lemah namun ramah menuju Besuki,lalu berpisah dan akhirnya berjuang sendiri menuju Baderan. Melanjutkan  langkah-langkah kecil dari kaki yang mungil menuju Cikasur yang tak terdefenisikan lalu ke Cisentor yang menyegarkan. Melewati malam-malam berjuta kabut demi sang puncak Argopuro. Demi Akar, Bunga, Pucuk, Semak, dan Sang Selada Air.
  Akhirnya, setelah terjal selesai dicumbu dengan berkah kasih dari edelweis sayang, kecemburuan pun ditinggalkan untuk pepohonan. Pulang tersiksa oleh bukit-bukit penyesalan sebagai derita akibat meninggalkan si Rengganis yang manis, manis, manis..
...

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys