Menjelang Agustus lalu, kondisi Santri Asmoro terlihat cukup ramai. Kecuali satu sudut di sebelah Timur yang sepi. Isinya hanya nisan-nisan batu yang diukiri nama. Salah satu nisan menyebutkan Abdul Halim, seorang Kiai Haji yang sudah menghuni perkuburan itu sejak 1962. Untuk warga Majalengka, beliau sudah pasti sangat terkenal, tapi saya rasa tidak bagi Indonesia. Tapi tidak masalah karena mungkin Pahlawan Nasional ini tidak mengharap ketenaran. Kata cucunya KH Cholid Fadullah, yang Abdul Halim pentingkan hanya perjuangan untuk Indonesia.
Terdaftar sebagai anggota BPUPKI, dia juga aktif dalam perjuangan dengan senjata bersama Hisbullah. Dia menuntut persatuan dan kebebasan untuk Indonesia. Kini, selain pemikiran dan kontribusi besar untuk bangsa, beliau juga mewariskan segudang ilmu untuk santri-santri yang haus ibadah. Malam itu, setelah adzan Isya berkumandang, kami pulang dan Santri Asmoro sangat pantas untuk dikenang. (Majalengka, Juli 2012)
2 comments:
Ada foto, ada narasi, perpaduan yang saling melengkapi. Gue suka gaya lo menulis kalimat, terkenal di Majalengka tetapi tidak dikenal di Indonesia.
Komen....
Post a Comment